TEKNIS PENULISAN KATA ISIM (اسم) DALAM PEMBELAJARAN QAWAID AL-IMLA DAN PENULISAN MUSHAF
TEKNIS PENULISAN KATA ISIM (اسم) DALAM PEMBELAJARAN QAWAID AL-IMLA DAN PENULISAN MUSHAF
RASMI DJALIL
SISKA NURHAYATI
Abst Abstrak : Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji pola-pola penggunaan kata isim dan teknis penulisannya di dalam al-qur’an dengan pendekatan ilmu nahwu terapan. Karena bersifat terapan, kaidah-kaidah bahasa Arab tidak akan dijelaskan secara detail tetapi hanya sebagai keterangan tambahan. Dalam kajian ini, penulis menggunakan metode mengumpulkan data dari buku-buku yang terkait dengan kaidah bahasa Arab yang mengatur ketentuan isim. Adapun hasil dari penulisan ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan dalam pembelajaran teknis penulisan isim lalu menelaah penggunaannya di dalam al-quran, dan menyesuaikan maknanya antara fakta penggunaan dalam bahasa Arab dan penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.
Kak Kata kunci: Isim, nahwu, dan teknis
- PENDAHULUAN
Untuk memperoleh penulisan Arab yang benar bahkan bagus diperlukan pengetahuan tentang kaidah menulis Arab (qawaidul imla al-Arabiy wal khath alArabiy). Kaidah imlak merupakan ketentuan penulisan kata-kata dan kalimat Arab yang tingkat kebenarannya dapat dilihat diantaranya dari aspek nahu dan sharaf, ilmu ashwat terkait dengan makharijul huruf, dan kaidah penulisan huruf-huruf sendiri. Adapun kaidah khath merupakan aturan penulisan huruf,kata,dan kalimat dengan indah sesuai dengan jenis khath yang dimaksud.Kaidah Khath menjadi penyempurna bagi kaidah imlak, Karena tulisan yang indah akan memberikan nilai tambah bagi seorang pembaca,seperti mudah dibaca, menarik karena indah dipandang mata.
Bahasa Arab termasuk salah satu satu rumpun bahasa semit, yaitu bahasa yang dipakai bangsa-bangsa yang tinggal si sekitar sungai Tiggris dan Furat, dataran syiria dan Jazirah Arab (Timur Tengah). Bahasa Arab adalah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semintik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Neo-Arami. Bahasa semit merupakan rumpun bahasa yang digunakan oleh keturunan Sam Bin Nuh.
Secara umum bahasa Arab memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai bahasa internasional, sebagai alat komunikasi antar manusia, dan sebagai bahasa Agama, dalam hal ini Agama Islam. Selain fungsi bahasa, Bahasa Arab juga memiliki unsur-unsur bahasa, yakni tata bunyi (ilmu ashwat/fonologi), tata tulis (ilmu kitabah/ortografi), tata kata (ilmu sharaf/morfologi), tata kalimat (ilmu nahwu/sintaksi), dan kosa kata (mufradat).
Pada satu sisi ada kesamaan kaidah dasar untuk menulis arab dengan bahasa Indonesia misalnya. Kesamaan itu diantaranya menulis kata sesuai dengan apa yang diucapkan atau didengar. Mushtahafa Ghala yang ini mengatakan bahwa asal penulisan setiap kata adalah ditulis sebagaimana bentuk pengucapannya diawal atau diakhir. (namun didalam penulisan bahasa Arab ada beberapa kaidah dasar lainnya yang harus diketahui.
Kaidah-kaidahnya adalah:
- Menulis kata sesuai dengan bacaannya (yuktabu ma yunthaq). Maksudnya jika Sebuah kata hurufnya diucapkan tidak panjang (mad dengan alif, waw dan ya’) maka harus ditulis tidak panjang atau sebaliknya jika dibaca panjang maka harus ditulis panjang.
- Tidak menulis kata yang hanya ada dalam pengucapan, artinya kata-kata yang dibaca mad dan tanwin tidak dituliskan alif madnya atau nun pada akhir kata yang bertanwin, seperti kata tuhan (إله): dibaca: ilaahun, huruf lam harus dibaca panjang tetapi tidak ditulis alif mad sesudah lam : (إلاه) dan ha’ dibaca hun dengan tanda tanwin bukan ditulis dengan menambahkan nun diakhir
Ha’ ():
- Menulis kata yang unsurnya harus ditulis tetapi tidak dibaca, seperti kata (اولي اولئك اولو) huruf waw yang terletak sesudah hamzah tidak dibaca dan bukan sebagai mad akan tetapi harus ditulis.
Isim menunjukkan suatu benda, orang, peristiwa, tempat kejadian dan keadaannya, alat melakukan perbuatan, sifat, pembendaan kata kerja, dan sebagainya. Tiap kata isim memiliki tempat tersendiri yang tidak bisa dipertukarkan satu dengan yang lain untuk menghadirkan makna yang sama. Maksudnya apabila ada dua ayat atau lebih ayat yang menggunakan isim yang sama, maka hakikat makna yang dikandung oleh isim tersebut dapat berbeda karena perbedaan redaksi kalimat dan konteksnya.
Isim (kata benda) adalah kata yang menunjukkan benda, nama, sifat, tempat atau kata kerja yang dibendakan. Contohnya, kata samâwât, ardh, rahmah, yaum al-qiyâmah, dan alladzîna. Di dalam kaidah bahasa Arab, kata isim bukan hanya merujuk pada kata benda, melainkan juga mencakup kata sifat, keadaan, kata ganti, kata tunjuk, nama, dan mashdar (kata dasar). Secara umum, polapola penggunaan kata isim di dalam Al-Qurʼan dapat diklasiϐikasikan menjadi tujuh macam, yaitu: Mudzakkar (laki-laki) dan muʼannats (perempuan), Mufrad, mutsannâ, dan jamak (tunggal, dua, dan banyak), Nakirah (umum) dan Maʻrifat (khusus), Munsharif (bertanwin) dan Ghair Munsharif (tidak bertanwin), Maqshûr (diakhiri alif maqshûrah) dan Manqûsh (diakhiri yâ’), Jâmid (Baku) dan Musytaqq (Turunan) dan Muʻrab (menerima iʻrâb) dan Mabnî (tidak menerima iʻrâb).
Artikel ini mengkaji pola-pola penggunaan kata isim dengan pendekatan ilmu nahwu terapan. Karena bersifat terapan, kaidah-kaidah bahasa Arab tidak akan dijelaskan secara detail tetapi hanya sebagai keterangan tambahan. Dalam kajian ini, penulis mengumpulkan data dari artikel-artikel yang terkait dengan kaidah bahasa Arab yang mengatur ketentuan isim, lalu menelaah penggunaannya di dalam alQuran, dan menyesuaikan maknanya antara fakta
penggunaan dalam bahasa Arab dan penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.
Artikel ini bertujuan untk mengkaji pola-pola penggunaan kata isim dan teknis penulisannya di dalam al-qur’an dengan pendekatan ilmu nahwu terapan. Karena bersifat terapan, kaidah-kaidah bahasa Arab tidak akan dijelaskan secara detail tetapi hanya sebagai keterangan tambahan. Dalam kajian ini, penulis menggunakan metode mengumpulkan data dari buku-buku yang terkait dengan kaidah bahasa Arab yang mengatur ketentuan isim, lalu menelaah penggunaannya di dalam al-quran, dan menyesuaikan maknanya antara fakta penggunaan dalam bahasa Arab dan penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.
- PEMBAHASAN
Pengertian dan Ciri-Ciri Isim
Isim (kata benda) adalah kata yang menunjukkan benda, nama, sifat, tempat atau kata kerja yang dibendakan. Ada beberapa pengertian isim menurut para ahli, diantaranya:
- ( كلمة دلت على معنى ولم يقترن بزمن ) Artinya yaitu jenis kata yang mengandung makna yang tidak terikat dengan waktu (tenses). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa isim adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu.
- Menurut Al-Ghulayani, isim adalah kata yang menunjukan makna mandiri yang tidak terikat dengan waktu.
- Menurut ismail, isim adalah kata yang menunjukkan dzat (benda) , sifat atau kata yang menunjukkan suatu nama yang bentuknya dapat ditangkap oleh akal manusia dan panca indra.
- Menurut Arifin, isim adalah kata yang mengacu pada manusia, hewan, benda, kosep dan pengertian.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa isim adalah segala sesuatu yang menunjukkan arti (manusia, hewan, tumbuhan, benda dan sifat) yang tidak terikat oleh waktu.
Ciri-ciri isim, sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Âjurûmiyyah, adalah sebagai berikut :
- Kata yang berharakat tanwîn. Contohnya, kata nâr[un] dan hâmiyat[un]
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﲐ ﲑ ﲒ ﱠ القارعة: ١١
Terjemahnya : api yang sangat panas
- Kata yang dibubuhi alif dan lâm atau (ال). Contohnya, kata al-qâriʻah, al-farâsy, almabʻûts, al-jibâl, al-ʻihn, dan al-manfûsy.
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱤ ﱥ ﱦ ﱧ ﱨ ﱩ ﱪ ﱫ ﱬ ﱭ ﱠ القارعة: ١ - ٣
Terjemahnya : Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran. Dan gununggunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
- Kata yang didahului kata depan (huruf jarr). Contohnya, kata rabbihî yang didahului ilâ dan kata al-naʻim yang didahului ʻan .
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱷ ﱸ ﱹﱺ ﱻ ﱼ ﱽ ﱾ ﱿ ﲀ ﲁ ﱠ النبأ: ٣٩
Terjemahnya : Itulah hari yang pasti terjadi. Barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﲬ ﲭ ﲮ ﲯ ﲰ ﱠ التكاثر: ٧
Terjemahnya : Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
Pola-Pola Penggunaan Kata Isim
- Mudzakkar (laki-laki) dan muʼannats (perempuan)
Contohnya, kata Isâ (mudzakkar) dan Maryam (muʼannats)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﲟ ﲠ ﲡ ﲢﲣ ﲤ ﲥ ﲦ ﲧ ﲨ ﲩ ﱠ مريم: ٣٤
- Mufrad, mutsannâ, dan jamak (tunggal, dua, dan banyak)
Contohnya, kata ahad (mufrad) : ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱁ ﱂ ﱃ ﱄ ﱅ ﱠ الإخلاص: ١
Contohya kata jannatân (mutsannâ)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱘ ﱙ ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ ﱠ الرحمن: ٤٦
Contohnya : kata arbâb (jamak taksîr) juga muʼminûn (jamak mudzakkar sâlim)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ ﱞ ﱟ ﱠ ﱡ ﱢ ﱣ ﱤ ﱥ ﱦ ﱧ ﱨ ﱩ ﱪ ﱫ ﱬ ﱭ ﱮ ﱯ ﱰ ﱱ ﱲﱳ ﱴ ﱵ ﱶ ﱷ ﱸ ﱹ ﱺ ﱠ آل عمران: ٦٤
- Nakirah (umum) dan Maʻrifat (khusus)
Nakirah ialah isim yang menunjukkan arti umum, sedangkan maʻrifat ialah isim yang menunjukkan arti tertentu. Contohnya, kata shudûrahum dan tsiyâbahum (maʻrifat karena disandarkan pada isim lain, yakni kata ganti /hum/)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﳀ ﳁ ﳂ ﳃ ﳄ ﳅﳆ ﳇ ﳈ ﳉ ﳊ ﳋ ﳌ ﳍ ﳎ ﳏﳐ ﳑ ﳒ ﳓ ﳔ ﳕ ﱠ هود: ٥
kata hudâ (nakirah) dan kata alkitâb (maʻrifat)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱃ ﱄ ﱅ ﱆﱇ ﱈﱉ ﱊ ﱋ ﱌ ﱠ البقرة: ٢
- Munsharif (bertanwin) dan Ghair Munsharif (tidak bertanwin)
Isim munsharif ialah isim yang menerima tanwân, sedangkan ghair munsharif tidak menerima tanwin. Contohnya, kata waliyy[an] dan nashîr[an] (munsharif)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱁ ﱂ ﱃ ﱄ ﱅ ﱆ ﱇ ﱈ ﱉ ﱊ ﱋ ﱌ ﱍ ﱎ ﱏ ﱐ ﱑ ﱒ ﱓ ﱔ ﱕ ﱖ ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ ﱞ ﱟ ﱠ ﱠ النساء: ٧٥
- Maqshûr (diakhiri alif maqshûrah) dan Manqûsh (diakhiri yâ’)
Isim maqshûr ialah isim yang diakhiri dengan alif maqshûrah. Harakat akhir isim ini tidak berubah, meskipun kedudukan isim itu berubah, baik rafaʻ, nashab, atau jarr. Contoh isim maqshûr ialah kata shafa dalam QS 2: 158,
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱴ ﱵ ﱶ ﱷ ﱸ ﱹ ﱺﱻ ﱼ ﱽ ﱾ ﱿ ﲀ ﲁ ﲂ ﲃ ﲄ ﲅ ﲆﲇ ﲈ ﲉ ﲊ ﲋ ﲌ ﲍ ﲎ ﲏ ﱠ البقرة: ١٥٨
- Jâmid (Baku) dan Musytaqq (Turunan)
jâmid ialah isim yang baku, tidak diturunkan dari kata dasar. Contoh isim jâmid (baku) ialah kata hijârah dan sijjîl
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﲐ ﲑ ﲒ ﲓ ﲔ ﱠ الفيل: ٤
sedangkan contoh isim musytaqq (turunan) ialah kata maʼkûl (diturunkan dari kata dasar a/ka/la)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﲕ ﲖ ﲗ ﲘ ﱠ الفيل: ٥
kata al-maghdhûb (diturunkan dari kata dasar gha/dha/ ba) dan kata al-dhâllîn (dari dha/l/la)
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﱛ ﱜ ﱝ ﱞ ﱟ ﱠ ﱡ ﱢ ﱣ ﱤ ﱠ الفاتحة: ٧
- Muʻrab (menerima iʻrâb) dan Mabnî (tidak menerima iʻrâb)
Muʻrab ialah isim yang menerima perubahan harakat akhir, sedangkan mabnî ialah yang tidak menerima perubahan harakat/bunyi di akhir kata. Contoh isim muʻrab ialah kata khair[un], khair[an] dan khair[in]
ﭧﭐﭨﭐﱡﭐ ﲅ ﲆ ﲇ ﲈ ﲉ ﲊ ﱠ الضحى: ٤
Pembagian Isim
Menurut kuswardono, isim dari sudut pandang makna dikelompokkan menjadi 9 yakni:
- Isim mausuf, yaitu isim yang menandakan orang, hewan, sesuatu atau kosep
- Isim shifah, yaitu isim yang menandakan keadaan isim mausuf
- Isim ma’rifah, yaitu isim yang menunjukkan suatu makna terbatas
- Isim nakiroh, yaitu isim yang tidak menunjukkan suatu makna terbatas
- Isim mudzakkar, yaitu suatu isim yang menunjukkan kata dengan jenis laki-laki, baik secara bentuk maupun makna
- Isim muannas, yaitu suatu isim yang menunjukkan kata dengan jenis perempuan, baik secara bentuk maupun makna
- Isim mufrad, yaitu isim yang menunjukkan satu orang/benda baik mudzakkar maupun muannas
- Isim mutsanna, yaitu isim yang menunjukkan dua orang/benda baik mudzakkar maupun muannas
- Isim jamak’ yaitu isim yang menunjukkan banyak orang/benda (jumlahnya tiga atau lebih dari tiga)
Pengelompokkan Isim Secara Umum
- Isim berdasarkan jenisnya
Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim mudzakkar (laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian tersebut ada yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya sama sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan muannats hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus, sedangkan yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.
- Diakhiri dengan ta’ marbuthoh (ة) Ciri Muannats Lafdzi
Contoh : المَدْرَسَةُ, النَّافِذَةُ
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
- Alat tubuh yang berpasangan,. Contoh: عَيْنٌ ، يَدٌّ ، أُذُنٌ ، رِجْلٌ
- Benda yang tidak dapat dihitung. Contoh: سَحَابٌ ، رِيْحٌ ، النَّارُ
- Oleh orang Arab digolongkan muannats (sima’i). Contoh: النَّفْسُ ، السَّمَاءُ ، سُوْقٌ ، طَرِيْقٌ ، دَارٌ ، قَمَرٌ ، سَمْشٌ ، اَرْضٌ
- Seluruh benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan (jamak).
Kaidahnya: كُلُّ جَمْعٍ مُؤَنَّثٌ (setiap jamak adalah muannats). Contoh: اَبْوَابٌ (pintu-pintu) نَوَافِذُ (jendela-jendela)
- Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim muannats seperti di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.
- Isim Berdasarkan Jumlah Benda
Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim mufrod, isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah bendanya satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya), biasanya ditandai dengan dhommah, fathah, kasroh. Isim mutsanna adalah isim yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui dari isim ini adalah akhirannya …َانِ atau …َ يْنِ untuk mudzakkar dan تَانِ atau تَيْنِ untuk muannats. Isim jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua satuan. Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim (جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّلِمِ), jamak muannats salim (جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّلِمِ) dan jamak taksir (جَمْعُ التَّكْسِيْرِ).
- Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah (ـُوْنَ) atau (ـِيْنَ) di akhirnya. Contoh : مُسْلِمُوْنَ atau مُسْلِمِيْنَ berasal dari مُسْلِمٌ
- Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta’ marbuthoh di akhir kata yang menjadi ciri isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati menjadi ـَاتٌ atau ـَاتٍ .
- Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim muannats mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik ditambah atau dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda khas, sehingga harus dihafal. Contoh : اَبْوَابٌ berasal dari بَابٌ , نَوَافِذُ berasal dari نَافِذَةٌ
- Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim nakiroh (umum) dan isim ma’rifat (khusus).
- Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ ، ــٌ ) Contoh : هُدٌى ، كِتَابٌ
- Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
- Isim yang diawali dengan Al (لا) Contoh : الهُدَى ، الكِتَابُ
- Isim dhomir (kata ganti)
- Isim isyaroh (kata tunjuk)
- Isim maushul (kata sambung)
- Isim alam (nama)
- Isim munada (yang dipanggil)
- Isim idhofat (yang disandarkan)
- Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya
Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
- Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
- Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif mati atau ya’ mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur ( الاِسْمُ المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ ) seperti : الهَادِيْ ، القَاضِيْ
- Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu : اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ . Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa’ seperti : اَبُوْكَ ، اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ، فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا مَالٍ
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ - Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa isim yang tidak ber ” لا ” dan bukan sebagai mudhof, akan tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif. Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :
- Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti : فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ .
- Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk jamak yang sama dengan مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
- Mengandung alif ta’nits mamdudah ( الف التأنيث الممدودة )
- KESIMPULAN
Isim (kata benda) adalah kata yang menunjukkan benda, nama, sifat, tempat atau kata kerja yang dibendakan. Adapun pola-pola dari isim antara lain Mudzakkar (laki-laki) dan muʼannats (perempuan), Mufrad, mutsannâ, dan jamak (tunggal, dua, dan banyak), Nakirah (umum) dan Maʻrifat (khusus), Munsharif (bertanwin) dan Ghair Munsharif (tidak bertanwin), Maqshûr (diakhiri alif maqshûrah) dan Manqûsh (diakhiri yâ’), Jâmid (Baku) dan Musytaqq (Turunan) dan Muʻrab (menerima iʻrâb) dan Mabnî (tidak menerima iʻrâb).
Adapun ciri-ciri dari isim antara lain adalah Kata yang berharakat tanwîn, Kata yang dibubuhi alif dan lâm atau (ال) dan Kata yang didahului kata depan (huruf jarr).
Isim menunjukkan suatu benda, orang, peristiwa, tempat kejadian dan keadaannya, alat melakukan perbuatan, sifat, pembendaan kata kerja, dan sebagainya. Tiap kata isim memiliki tempat tersendiri yang tidak bisa dipertukarkan satu dengan yang lain untuk menghadirkan makna yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abbas Nadwi, Learn The Language of The Holy Qur’an… h. 39.
Ghalayaini,Mushthafa,1987.Jami’ad-Durus al-‘Arabiy,Beirut:al-Maktabahal-‘ashriyah.
Ibnu Rawandy N. Hula dan Damhuri, Bahasa Arab Untuk Para Pemula,(Uanengi: Sultan Amai press IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2009), cet. ke- 1, h. 5.
Ichwan, Nor, Memahami Bahasa Al Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 66.
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu, Terjemahan Matan Al Ajrumiyyah dari dari ‘Imrity Berikut Penjelasannya (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), h. 6.
Mushaf madinah.
Neli Putri, ‘Problematika Menulis Bahasa Arab’, Al-Ta Lim, 19.2 (2012), 173 <https://doi.org/10.15548/jt.v19i2.19>.
Salimuddin A. Rahman, dkk Tata Bahasa Arab Untuk Mempelajari Al Qur’an (Bandung: Sinar Baru, 1990), h. 3.
Komentar
Posting Komentar